Xi Shi merupakan salah satu dari empat wanita tercantik Tiongkok di penghujung Zaman Musim Semi dan Gugur. Tiga wanita lainnya adalah Wang Zhaojun dari Dinasti Han, Diaochan dari masa Tiga Kerajaan, dan Yang Guifei dari Dinasti Tang.
Sejarah menyebutkan Xi Shi sebagai wanita dengan pesona fisik luar biasa. Para pujangga klasik menuliskan kisah hidupnya dalam berbagai naskah drama dan syair. Kecantikan Xi Shi dimanfaatkan sebagai alat balas dendam oleh sebuah kerajaan. Taktik ini terbukti berhasil, karena Xi Shi berhasil meruntuhkan kerajaan musuh.
Inilah kisah hidup Xi Shi, salah satu wanita tercantik dalam sejarah China yang telah menghancurkan sebuah negara bernama Wu.
Kecantikannya bikin ikan sampai lupa berenang
Xi Shi merupakan anak pedagang teh (ada pula yang menyebutkan ayahnya penebang kayu) di Zhuji, ibukota negara Yue pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Sejumlah sumber literatur menyebutkan Xi Shi tinggal di Gunung Zhuluo, tepatnya di bagian barat desa Huansha.
Legenda mengatakan kecantikannya begitu luar biasa hingga membuat ikan yang bertatap muka dengannya lupa berenang. Saat itu Xi Shi sedang mencuci sehelai kain sutra di tepi sungai. Ikan-ikan yang melihat Xi Shi sampai terpesona menyaksikan kecantikannya. Wajah rupawan Xi Shi membuat mereka lupa berenang dan tenggelam ke dasar sungai.
Lukisan Xi Shi National Palace Museum - Gathering Gems of Beauty
Kisah itu tersebar hingga ke seluruh penjuru desa dan sejak itu Xi Shi dikenal sebagai gadis yang mencuci sutera. Dilansir Cultural China, batu tempat Xi Shi mencuci masih ada hingga sekarang
Xi Shi Huan Sha Chu, batu tempat Xi Shi mencuci
Batu ini diukir dengan kata 'huan sha' yang berarti mencuci sutera. Di dekatnya didirikan paviliun yang kemudian diberi nama 'Xi Shi huan sha chu' yang berarti tempat di mana Xi Shi mencuci sutra.
Pion penting di balik kehancuran kerajaan Wu
Kecantikan Xi Shi akhirnya tersebar hingga ke seluruh negeri. Inilah yang mengubah total nasib Xi Shi. Xi Shi kemudian dimanfaatkan sebagai pion untuk menaklukkan kerajaan musuh.
Diceritakan dalam buku The Art of Seduction karangan Robert Greene, pada abad 5 SM, Yue berperang dengan kerajaan Wu. Pada tahun 494 Fu Chai, raja Wu mengalahkan Gou Jian sang raja Yue. Gou Jian ditangkap dan dipaksa untuk tunduk dengan membayar upeti rutin kepada Wu.
Gou Jian pun mengatur rencana balas dendam. Setahun kemudian dia mengirim dua wanita tercantik dari Yue sebagai upeti. Tujuannya adalah untuk merayu sang raja agar melupakan urusan negara. Taktik ini terbukti berhasil. Salah satu perempuan yang tak lain adalah Xi Shi berhasil mencuri perhatian Fuchai.
Raja Fuchai dari Wu Cultural China
Dalam waktu singkat Xi Shi berhasil menjadi kesayangan Fuchai dan mengalihkan perhatian sang raja dari urusan kenegaraan. Dia membangun sebuah istana megah untuk Xi Shi menghabiskan nyaris seluruh waktunya untuk menyaksikan gadis itu menari atau sekadar menyisir rambut di tepi kolam. Fuchai bahkan mulai meminta saran wanita kesayangannya itu dalam persoalan penting menyangkut Wu. Rupanya Xi Shi lebih cerdas daripada menteri-menterinya dan tentu saja, kepiawaian Xi Shi dalam berkata-kata manis ikut berperan besar.
Sesuai perkiraan Gou Jian, kerajaan Wu terbengkalai. Kerajaan nyaris bangkrut dan timbul gejolak di antara masyarakat bawah. Ketika Gou Jian menyerbu bersama pasukannya, sudah terlambat bagi Fuchai untuk memulihkan situasi. Fuchai pun mati dalam invasi yang dilancarkan oleh kerajaan Yue.
Riwayat Xi Shi pasca kehancuran Wu
Setelah kematian Fuchai dan kehancuran negara Wu, riwayat Xishi simpang siur. Ada beberapa spekulasi yang menyebutkan riwayat si wanita jelita.
Cerita pertama menyebutkan Xi Shi menghilang dan hidup bahagia dengan Fan Li, mantan jenderal Yue yang dulu bertugas mengantarkan Xi Shi ke Wu. Ada juga kabar yang mengatakan kalau Xishi sudah sempat menjalin hubungan terlarang dengan Fan Li dalam perjalanan ke Wu. Mereka menghabiskan sisa hidup di atas perahu yang berlayar di Danau Taihu.
Dilansir China Knowledge, ada juga yang menyebutkan Xi Shi tewas dalam kisruh penaklukan Wu oleh Yue. Kemungkinan besar Xishi mati karena menenggelamkan diri atau mati ditenggelamkan di sungai oleh para perwira Wu. Dalam kisah ini Xishi disebutkan jatuh cinta kepada Fuchai dan memutuskan mati karena merasa bersalah atas perannya dalam mengantarkan kejatuhan sang raja.
Kuil Xi Shi, penghormatan bagi si cantik
Bertahun-tahun kemudian, Xishi dipuji karena patriotisme dan perannya dalam menyelamatkan Yue. Sebagai penghormatan, di kampung halaman si cantik didirikan sebuah kuil untuknya.
Kuil Xi Shi di Zhuji Absolute China Tours
Kuil Xi Shi di Zhuji Absolute China Tours
Kuil ini dibangun pada masa Dinasti Tang dan dipugar kembali pada tahun 1986. Di ruang utama dipajang patung Xi Shi yang tengah duduk dengan anggun di atas sebongkah batu.
Xi Shi, si cantik yang hancurkan sebuah negara dengan pesonanya