Wednesday, December 30, 2015


Perhatikan Ekspresi Pasangan Agar Malam Pertama Tak Bikin Trauma

Pengantin baru tentunya mengharapkan malam pertamanya berakhir memuaskan untuk kedua belah pihak, baik istri maupun suami. Namun tidak sedikit pasangan yang malah trauma setelah melakukan malam pertama.

Menurut pakar seksologi kedokteran dari Siloam Hospital, dr Heru H. Oentoeng, FAACS, SpAnd, trauma memang kerap terjadi pada pengantin baru yang tidak memiliki informasi soal pendidikan seksual yang cukup. Akibatnya, salah satu pasangan akan takut atau menolak jika diajak bercinta di kemudian hari.

"Karena kurang informasi ya, jadinya kan tidak foreplay, main tusuk saja padahal vagina istri belum siap, belum terlubrikasi jadinya nyeri dan sakit. Itu yang menimbulkan trauma," tutur dr Heru ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Kamis (11/9/2014).

Trauma tersebut bisa trauma jangka pendek, bisa juga trauma jangka panjang. Trauma jangka pendek biasanya diselesaikan ketika pasutri memiliki keterbukaan seksual, sehingga komunikasi soal hubungan intim dapat berjalan tanpa rasa canggung.

Namun jika pasutri sama-sama kurang mendapat informasi sekaligus tak memiliki komunikasi yang baik, dr Heru mengatakan bahwa trauma yang terjadi bisa saja menjadi panjang. Ia pun menceritakan kisa pasiennya yang mengalami trauma ketika malam pertama dan selanjutnya tidak bercinta selama 3 tahun setelahnya.

"Ada pasien saya yang tiga tahun nggak pernah bercinta karena istrinya trauma pas malam pertama. Suaminya nggak ngerti langsung saja, nggak foreplay, nggak kissing. Istrinya kesakitan dan setelah itu nggak mau lagi bercinta sebelum akhirnya datang ke saya," ungkap dr Heru.

Untuk itu dr Heru mengatakan bahwa sebaiknya memang pasangan yang ingin menikah melakukan konseling dahulu. Sehingga mendapatkan informasi seksual yang tepat sekaligus melatih komunikasi seksual. Komunikasi seksual penting untuk mengetahui keinginan masing-masing pasangan, sehingga tak menyebabkan salah paham apalagi trauma.

Akan tetapi jika memang pasangan terlalu malu untuk mengungkapkannya, salah satu pihak harus bisa menangkap apa yang diinginkan pasangan melalui komunikas non-verbal. Suami harus mampu memperhatikan ekspresi wajah dan gerak tubuh istrinya, begitu juga sebaliknya.

"Misalnya sebelum malam pertama dijelaskan, saya nggak suka diginiin, saya nggak suka digituin. Kan jadi enak, sama-sama tahu. Atau minimal lewat komunikasi non-verbal, liat eksperi muka pasangan, kalau ekspresinya nggak bagus berarti dia nggak nyaman atau sakit," ungkapnya.

redwinpoker.com

0 comments:

Post a Comment